- By Rusdi Galileo Kasatpel 270 Jakarta
- 24 Jul 2025
- 6491
Kunjungan Kepala Sudin PPAPP Jakarta Utara Wilayah II ke SMPN 270 Jakarta: Kolaborasi dalam Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Sekolah
Kunjungan KepalaSudin PPAPP Jakarta Utara Wilayah II ke SMPN 270 Jakarta: Kolaborasi dalam Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Sekolah
Jakarta, 24 Juli 2025 – Pagi yang cerah membawa semangat baru bagi keluarga besar SMPN 270 Jakarta. Sekolah yang berlokasi di Kecamatan Kelapa Gading ini mendapat kehormatan kunjungan dari Suku Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) Kota Administrasi Jakarta Utara Wilayah II, dalam rangka sosialisasi sekaligus memperkuat sinergi dalam pencegahan dan penanganan kekerasan di lingkungan sekolah.
Kunjungan tersebut dipimpin langsung oleh Ibu Ferlina Kirtiasih, Kepala Sudin PPAPP Jakarta Utara Wilayah II. Turut mendampingi, Ibu Lidya, Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) PPAPP Kecamatan Kelapa Gading, serta tokoh muda inspiratif sekaligus perwakilan Forum Generasi Berencana (Genre) Jakarta Utara, Zaky Amir Rasyid Saputra. Kegiatan ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari lingkungan sekolah, yakni Kepala SMPN 270 Jakarta Bapak Ngizudin Syakdullah, M.Pd, Kasatpel SMPN 270 Jakarta Bapak Rusdiyanto, para guru dan tenaga kependidikan, serta seluruh peserta didik dari kelas 7, 8, dan 9.
Acara dimulai pukul 08.00 WIB di aula utama sekolah dengan suasana penuh antusiasme. Bertindak sebagai Master of Ceremony (MC), Ibu Sri Prihatin, membuka kegiatan dengan ucapan hangat dan penjelasan singkat mengenai urgensi kegiatan ini. Dalam suasana yang penuh semangat dan kesadaran bersama, acara berlangsung lancar dan mengalir dengan penuh makna.
Sambutan Kepala Sekolah: Sekolah Berkomitmen Menjadi Zona Aman Bagi Anak
Dalam sambutannya, Bapak Ngizudin Syakdullah, M.Pd menegaskan bahwa SMPN 270 Jakarta merupakan sekolah yang berkomitmen tinggi terhadap upaya menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, dan terbebas dari segala bentuk kekerasan dan perundungan (bullying).
"Kami sangat mendukung program dari Sudin PPAPP Jakarta Utara, khususnya mengenai aksi pencegahan dan penanganan kekerasan. Program ini sejalan dengan semangat sekolah kami yang sejak lama sudah menggaungkan semangat anti-kekerasan dan ramah anak di setiap aspek kegiatan belajar mengajar," ungkap beliau disambut tepuk tangan dari seluruh hadirin.
Lebih lanjut, beliau menyampaikan pentingnya kolaborasi antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat dalam membangun budaya yang aman dan mendukung bagi perkembangan anak, baik secara akademik maupun sosial emosional.
Sambutan Kepala Sudin PPAPP: Gayung Bersambut Menuju Sekolah Ramah Anak
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ibu Ferlina Kirtiasih, Kepala Sudin PPAPP Jakarta Utara Wilayah II. Dalam penyampaiannya, beliau mengucapkan apresiasi yang tinggi atas kesiapan SMPN 270 Jakarta dalam mendukung gerakan bersama mencegah kekerasan terhadap anak, khususnya di lingkungan sekolah.
“Terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah, seluruh guru, serta para siswa yang telah menyambut kami dengan hangat. Sinergi ini ibarat gayung bersambut. Kami melihat bahwa SMPN 270 bukan hanya responsif, tetapi juga proaktif dalam menghadirkan budaya yang sehat dan edukatif bagi peserta didiknya,” ujar Ibu Ferlina dengan penuh semangat.
Beliau juga menjelaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari program rutin Sudin PPAPP dalam mendekatkan layanan kepada masyarakat, terutama pelajar, yang menjadi salah satu kelompok rentan dalam isu kekerasan. Penekanan diberikan pada pendekatan edukatif dan preventif melalui penyuluhan, pelibatan forum anak dan duta anti kekerasan, serta pembentukan jejaring perlindungan anak tingkat sekolah.
Penyuluhan oleh Forum Genre: Mengenal dan Mengenali Bentuk Kekerasan
Sesi berikutnya adalah pemaparan dari Zaky Amir Rasyid Saputra, perwakilan Forum Genre Jakarta Utara. Dengan gaya yang santai, komunikatif, dan penuh empati, Zaky berhasil menarik perhatian para siswa untuk menyimak lebih dalam tentang bentuk-bentuk kekerasan yang kerap terjadi di lingkungan anak dan remaja.
Dalam penjelasannya, ia membagi jenis kekerasan menjadi tujuh kategori:
-
Kekerasan Fisik: berupa pemukulan, penamparan, penendangan, atau bentuk kontak tubuh yang menyakitkan.
-
Kekerasan Psikis: berupa hinaan, ejekan, pelecehan verbal, intimidasi, serta perundungan sosial.
-
Kekerasan Seksual: termasuk sentuhan tidak senonoh, pemaksaan hubungan seksual, serta pelecehan dalam bentuk verbal atau digital.
-
Penelantaran Anak: situasi di mana anak tidak mendapatkan perhatian, perlindungan, dan pemenuhan hak dasar dari lingkungan sekitar.
-
Ancaman atau Pemaksaan: penggunaan tekanan atau ancaman untuk mengendalikan tindakan anak, baik secara fisik maupun mental.
-
Perampasan Kemerdekaan secara Melawan Hukum: seperti mengurung atau membatasi pergerakan anak tanpa alasan yang sah.
-
Diskriminasi: perlakuan berbeda terhadap anak berdasarkan latar belakang ekonomi, fisik, gender, atau asal usulnya.
“Sering kali kekerasan tidak tampak secara kasat mata. Bahkan, ada korban yang tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami kekerasan. Karena itu, penting bagi kita semua untuk memahami ciri-ciri kekerasan dan tidak takut melaporkannya kepada pihak yang berwenang,” ujar Zaky dengan penuh empati.
Suara dari Duta Anti Kekerasan SMPN 270 Jakarta
Menambah semaraknya acara, dua perwakilan Duta Anti Kekerasan SMPN 270 Jakarta, yaitu Ananda Ghaiscetta dan Ajis Firmansyah, turut memberikan pandangannya terkait fenomena kekerasan di lingkungan sekolah.
Dalam pemaparannya, Ghaiscetta menyoroti pentingnya solidaritas dan empati antar siswa.
"Banyak kasus perundungan terjadi karena adanya ketidaksadaran akan dampak dari ucapan atau tindakan kita terhadap teman. Kita harus mulai membiasakan diri untuk saling menghargai, menerima perbedaan, dan menjadi pendengar yang baik saat ada teman yang bercerita," ucapnya lugas.
Sementara itu, Ajis Firmansyah menambahkan bahwa kehadiran Duta Anti Kekerasan di sekolah diharapkan dapat menjadi jembatan antara siswa dan pihak guru atau BK dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perundungan maupun konflik antar teman.
"Kami siap menjadi penghubung agar teman-teman tidak merasa sendiri atau takut saat menghadapi masalah kekerasan. Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan marah atau membalas. Banyak cara damai yang lebih sehat untuk kita semua," tambahnya penuh keyakinan.
Komitmen Bersama: Meneguhkan Peran Sekolah dalam Pencegahan Kekerasan
Acara dilanjutkan dengan penandatanganan dukungan bersama simbolik oleh Kepala Sekolah, perwakilan Sudin PPAPP, Forum Genre, serta Duta Anti Kekerasan. Aksi ini menjadi simbol tekad kuat seluruh pihak untuk menjadikan SMPN 270 Jakarta sebagai Sekolah Ramah Anak dan Zona Anti Kekerasan.
Selain itu, pihak sekolah juga berencana untuk memperkuat sistem pelaporan dan pendampingan psikologis bagi siswa melalui penguatan peran guru BK, serta mengintegrasikan materi-materi karakter dalam kegiatan pembelajaran harian.
Penutup: Pendidikan Tanpa Kekerasan, Masa Depan yang Lebih Cerah
Acara yang berlangsung hingga pukul 11.00 WIB ini ditutup dengan suasana penuh haru dan harapan. Tak hanya menyampaikan informasi penting, kegiatan ini juga membangun kesadaran baru bagi seluruh peserta didik untuk menjadi agen perubahan dalam menciptakan budaya sekolah yang aman, nyaman, dan mendidik.
Ibu Ferlina menegaskan bahwa perjuangan memberantas kekerasan terhadap anak tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu gotong royong dari semua pihak, termasuk lembaga pendidikan, orang tua, dan siswa sendiri.
“Jika ingin membentuk generasi yang cerdas, kita harus terlebih dahulu memastikan mereka tumbuh dalam lingkungan yang aman dan mendukung. Mari bersama kita jaga anak-anak kita,” tutupnya dengan suara penuh semangat.
Dengan kegiatan ini, SMPN 270 Jakarta membuktikan bahwa sekolah bukan hanya tempat belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga tempat menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian, dan keadilan.