- By Rusdi Galileo Kasatpel 270 Jakarta
- 25 Jul 2025
- 712
DESIMINASI PEMBELAJARAN MENDALAM DI SMPN 270 JAKARTA: MENUJU TRANSFORMASI PEMBELAJARAN YANG HUMANIS DAN BERMAKNA
DESIMINASI PEMBELAJARAN MENDALAM DI SMPN 270 JAKARTA: MENUJU TRANSFORMASI PEMBELAJARAN YANG HUMANIS DAN BERMAKNA
Jakarta, 25 Juli 2025 – Di tengah semangat perubahan pendidikan menuju paradigma pembelajaran yang lebih humanis, adaptif, dan transformatif, SMP Negeri 270 Jakarta menyelenggarakan kegiatan Desiminasi Pembelajaran Mendalam pada hari Jumat, 25 Juli 2025. Kegiatan ini bertempat di Laboratorium IPA SMPN 270 Jakarta dan diikuti secara antusias oleh seluruh dewan guru dari berbagai bidang studi.
Desiminasi ini menghadirkan empat narasumber internal sekolah yang telah mengikuti pelatihan dan pendalaman konsep sebelumnya, yakni:
-
Bapak Ngizudin Syakdullah, M.Pd (Kepala SMPN 270 Jakarta)
-
Ibu Siti Maemanah, S.Pd (Guru IPA)
-
Bapak Ihwan, S.Pd (Guru IPS)
-
Ibu Riwayanti Sundari, S.Pd (Guru Bahasa Inggris)
Keempat narasumber tersebut secara bergantian memaparkan materi inti tentang filosofi pembelajaran mendalam, strategi implementasi di kelas, hingga tantangan serta solusi konkret dalam penerapan metode ini di tingkat satuan pendidikan.
PEMBUKAAN: MEMBANGUN BUDAYA BELAJAR BERMAKNA
Kegiatan dimulai pukul 13.00 WIB dan dibuka oleh ibu Siti Maenanah. S. Pd yang mewakili Kepala SMPN 270 Jakarta, Bapak Ngizudin Syakdullah, M.Pd., Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa desiminasi ini bukan sekadar bentuk laporan hasil pelatihan, tetapi merupakan langkah strategis dalam mewujudkan transformasi pembelajaran di sekolah.
“Pembelajaran mendalam adalah jawaban dari tantangan pendidikan abad ke-21. Kita ingin siswa tidak hanya menghafal dan menjawab soal, tetapi juga berpikir kritis, reflektif, dan mampu mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan nyata,” ujar beliau dengan penuh semangat.
Bapak Ngizudin juga menekankan bahwa paradigma pembelajaran kini harus bergeser dari sekadar transfer ilmu menjadi proses membangun makna secara kolaboratif antara guru dan peserta didik.
SESI PERTAMA: MEMAKNAI PEMBELAJARAN MENDALAM
Dalam sesi pertama, Bapak Ngizudin memaparkan landasan filosofis dari pembelajaran mendalam (deep learning). Beliau menjelaskan bahwa model ini berakar pada pendekatan konstruktivistik, di mana siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui interaksi, pengalaman, dan refleksi.
Ada beberapa poin kunci yang menjadi sorotan dalam sesi ini, antara lain:
-
Kebutuhan akan perubahan pendekatan belajar-mengajar
-
Peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing belajar
-
Penggunaan pertanyaan pemantik (driving questions) yang menggugah rasa ingin tahu
-
Perpaduan antara penguasaan materi, penguatan karakter, dan keterampilan abad 21
-
Penerapan asesmen autentik sebagai alat ukur yang komprehensif
“Kita harus berani keluar dari zona nyaman. Pembelajaran mendalam menuntut guru untuk kreatif dalam menyusun aktivitas bermakna dan menantang siswa untuk berpikir,” tegasnya.
SESI II: PEMBELAJARAN IPA BERBASIS PROYEK (Ibu Siti Maemanah, S.Pd)
Selanjutnya, Ibu Siti Maemanah, guru IPA, berbagi praktik baik dalam menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam dalam mata pelajaran sains. Ia memaparkan pengalaman mengembangkan proyek “Jejak Karbonku”, di mana siswa diminta menghitung jejak karbon pribadi dan menyusun strategi pengurangan dampaknya.
Dalam pelaksanaan proyek, siswa dilibatkan dalam:
-
Observasi kegiatan harian (transportasi, konsumsi energi)
-
Perhitungan emisi karbon sederhana
-
Diskusi solusi gaya hidup hijau
-
Penyusunan poster kampanye hemat energi
“Ketika siswa menyadari bahwa pilihan hidup mereka berdampak pada lingkungan, mereka belajar dengan hati, bukan hanya dengan kepala,” ujar Ibu Siti.
Beliau juga menjelaskan bagaimana pembelajaran berbasis proyek mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab, pemikiran kritis, serta empati lingkungan dalam diri siswa.
SESI III: PEMBELAJARAN IPS KONTEKSTUAL (Bpk. Ihwan, S.Pd)
Dalam sesi ketiga, Bapak Ihwan mengangkat contoh penerapan pembelajaran mendalam di pelajaran IPS. Proyek yang dikembangkan adalah “Potret Sosial Lingkungan Sekitarku”, yang mengajak siswa untuk mengamati dinamika sosial-ekonomi di RT/RW mereka.
Siswa melakukan observasi sederhana, wawancara dengan warga sekitar, dan menyusun laporan sosial. Mereka juga diminta menyajikan data dalam bentuk diagram dan membuat refleksi naratif.
“Anak-anak jadi lebih peka terhadap masalah sosial di sekitar mereka. Ini membentuk rasa kepedulian dan pemahaman kontekstual yang lebih luas,” ucapnya.
Guru juga diberikan tips untuk memulai proyek kecil, walaupun dengan sumber daya terbatas.
SESI IV: REFLEKTIF DAN KREATIF MELALUI BAHASA (Ibu Riwayanti Sundari, S.Pd)
Sebagai pemateri terakhir, Ibu Riwayanti Sundari, guru Bahasa Inggris, menyampaikan pentingnya pembelajaran mendalam dalam membangun kemampuan refleksi dan ekspresi siswa melalui bahasa asing.
Ia membagikan proyek “My Voice, My Story”, di mana siswa diminta menulis esai naratif tentang pengalaman pribadi, kemudian menyajikannya dalam bentuk video presentasi berbahasa Inggris.
Tahapan kegiatan:
-
Brainstorming tema personal
-
Drafting dan revisi dalam bahasa Inggris
-
Pelatihan pronunciation dan public speaking
-
Perekaman presentasi
-
Peer review dan refleksi
“Bahasa adalah alat berpikir. Dengan mendorong siswa untuk berbicara dari hati, kita juga melatih kepercayaan diri dan empati,” ujar Bu Riwayanti.
Ia juga menekankan bahwa proyek ini sangat disukai siswa karena memberikan ruang kebebasan dan kreativitas yang tinggi.
ANTUSIASME DAN INTERAKSI: REFLEKSI KOLEKTIF DEWAN GURU
Setelah keempat sesi pemaparan, kegiatan dilanjutkan dengan forum diskusi. Para guru menyampaikan refleksi, pertanyaan, dan ide-ide kolaboratif. Banyak yang merasa terinspirasi dan termotivasi untuk mulai menerapkan pendekatan serupa.
Guru Matematika, Bapak Anton, menyampaikan bahwa ia tertarik mengembangkan proyek “Statistik Kehidupan Sehari-hari” untuk menghubungkan angka dengan realitas siswa.
Guru Seni Budaya, Ibu Kartika, menyampaikan gagasan membuat kolaborasi seni-bahasa untuk menciptakan pameran seni naratif.
Diskusi ini menunjukkan bahwa desiminasi bukan hanya satu arah, tetapi menjadi forum tumbuh bersama sebagai komunitas belajar.
PENUTUP DAN KOMITMEN BERSAMA
Sebagai penutup, Kepala Sekolah kembali menegaskan pentingnya kesinambungan dari kegiatan ini. Sekolah akan menyediakan dukungan struktural, ruang diskusi rutin guru, serta kesempatan pendampingan lanjutan.
“Kita bukan hanya menyelenggarakan desiminasi, tapi menanam benih perubahan. Mari kita jaga dan sirami bersama,” tutup Bapak Ngizudin.
KESIMPULAN: MENUJU KELAS-KELAS YANG INSPIRATIF
Desiminasi Pembelajaran Mendalam di SMPN 270 Jakarta menjadi tonggak awal bagi perubahan paradigma belajar-mengajar di sekolah ini. Dengan semangat berbagi, kolaborasi, dan refleksi, guru-guru berkomitmen untuk membangun kelas-kelas yang menggugah pemikiran, membentuk karakter, dan memerdekakan potensi anak bangsa.
SMPN 270 terus berupaya menjadi sekolah yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga menjadi ruang tumbuhnya generasi pembelajar sejati.