- By Rusdi Galileo Kasatpel 270 Jakarta
- 29 Aug 2025
- 518
SMPN 270 Jakarta Gelar Sholat Dhuha dan Sosialisasi Disiplin Siswa
SMPN 270 Jakarta Gelar Sholat Dhuha dan Sosialisasi Disiplin Siswa
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Tekankan Larangan Knalpot Bronk dan Jam Malam
Dalam upaya menanamkan nilai religius sekaligus memperkuat kedisiplinan peserta didik, SMPN 270 Jakarta menggelar kegiatan Sholat Dhuha berjamaah yang dirangkai dengan sosialisasi peraturan sekolah mengenai larangan penggunaan motor berknalpot bronk dan pembatasan jam malam siswa. Kegiatan tersebut dilaksanakan di halaman sekolah pada Jumat pagi, dengan penuh khidmat, tertib, dan sarat makna pembinaan karakter.
Acara dimulai sekitar pukul 07.00 WIB, diawali dengan barisan rapi para siswa kelas 7, 8, dan 9 yang berkumpul di lapangan upacara. Para guru dan staf sekolah juga hadir mendampingi, memberikan teladan, serta mengawasi jalannya kegiatan. Bertindak sebagai imam Sholat Dhuha adalah Bapak Muktarom, S.Ag, guru Pendidikan Agama Islam SMPN 270 Jakarta. Suasana syahdu menyelimuti seluruh siswa ketika doa-doa dipanjatkan, menandai dimulainya kegiatan spiritual tersebut.
Sholat Dhuha: Membentuk Karakter Religius
Sholat Dhuha berjamaah di sekolah bukan hanya sekadar rutinitas ibadah, melainkan juga sarana pembinaan akhlak. Dalam sambutannya sebelum memimpin sholat, Bapak Muktarom menyampaikan bahwa Sholat Dhuha memiliki keutamaan besar, baik dalam membentuk pribadi yang sabar, tawakal, maupun dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Anak-anakku, Sholat Dhuha adalah bentuk syukur kita atas nikmat kesehatan, kesempatan belajar, dan kehidupan. Dengan Sholat Dhuha, kita memohon kelancaran ilmu, keberkahan rezeki, dan perlindungan Allah dalam aktivitas sehari-hari. Semoga kebiasaan ini bisa kalian terapkan bukan hanya di sekolah, tetapi juga di rumah masing-masing,” ujar beliau penuh nasihat.
Para siswa tampak khusyuk mengikuti setiap gerakan sholat. Suasana hening hanya terdengar lantunan bacaan imam yang diikuti dengan lirih oleh jamaah. Tidak sedikit siswa yang meneteskan air mata haru ketika doa penutup dipanjatkan, terutama ketika mendoakan orang tua, guru, dan keberhasilan dalam menuntut ilmu.
Kegiatan Sholat Dhuha berjamaah ini sudah menjadi agenda rutin sekolah, sebagai bagian dari program pembiasaan religius yang dicanangkan Kepala SMPN 270 Jakarta, Bapak Ngizudin Syakdullah, M.Pd. Program tersebut menekankan bahwa pendidikan bukan hanya soal akademis, melainkan juga pembinaan karakter dan spiritualitas.
Sosialisasi Disiplin oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Usai pelaksanaan Sholat Dhuha, kegiatan dilanjutkan dengan sosialisasi penting dari Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Bapak Ihwan, S.Pd. Dengan tegas namun tetap hangat, beliau menyampaikan dua poin utama:
-
Larangan penggunaan sepeda motor berknalpot bronk (bising).
-
Aturan jam malam bagi siswa, yakni larangan berkumpul di luar rumah pada pukul 21.00 s.d. 04.00 WIB.
Bapak Ihwan menjelaskan bahwa aturan ini bukan untuk membatasi kebebasan siswa, melainkan untuk melindungi dan mendidik agar mereka terhindar dari pengaruh buruk pergaulan.
“Anak-anak SMPN 270 adalah generasi penerus bangsa. Kita semua ingin kalian tumbuh sehat, berprestasi, dan berakhlak mulia. Maka aturan ini harus dipahami bukan sebagai beban, tapi sebagai upaya menjaga keselamatan dan masa depan kalian,” ujar beliau di hadapan seluruh peserta didik.
Larangan Motor Berknalpot Bronk
Beliau menekankan bahwa motor dengan knalpot bronk menimbulkan kebisingan, mengganggu kenyamanan masyarakat, bahkan berpotensi memicu konflik di lingkungan. Selain itu, penggunaan motor oleh siswa SMP juga tidak sesuai aturan, mengingat usia mereka belum memenuhi syarat untuk memiliki SIM.
“Sekolah melarang keras siswa membawa motor, apalagi yang menggunakan knalpot bronk. Jika ada yang melanggar, sanksi tegas akan diberikan. Kita ingin anak-anak SMPN 270 dikenal sebagai pelajar yang tertib, disiplin, dan santun di jalan raya,” tambahnya.
Pesan tersebut disambut serius oleh para siswa. Beberapa guru tampak menambahkan catatan agar orang tua turut mengawasi penggunaan kendaraan anak-anak mereka di rumah.
Aturan Jam Malam 21.00–04.00 WIB
Selain itu, Bapak Ihwan juga menyoroti kebiasaan sebagian remaja yang nongkrong hingga larut malam. Hal tersebut sangat berbahaya karena bisa membuka peluang pergaulan negatif, mulai dari tawuran, penyalahgunaan narkoba, hingga tindak kriminal.
“Aturan jam malam ini penting. Setelah pukul 21.00, kalian seharusnya berada di rumah, beristirahat, atau belajar. Jangan ada yang keluyuran, nongkrong di jalan, apalagi terlibat hal-hal yang merugikan. Orang tua juga harus mendukung dengan memberikan pengawasan yang ketat,” jelas beliau.
Sosialisasi ini disampaikan dengan penuh ketegasan, namun diselingi kisah-kisah nyata sebagai contoh dampak buruk dari pelanggaran aturan tersebut. Hal ini membuat siswa lebih mudah memahami alasan dan urgensi aturan tersebut.
Antusiasme dan Respons Peserta Didik
Sepanjang sosialisasi, para siswa tampak mendengarkan dengan seksama. Ada yang mengangguk setuju, ada pula yang tampak merenung. Beberapa siswa mengakui bahwa sebelumnya mereka kurang memahami bahaya knalpot bronk dan nongkrong malam hari.
“Sekarang saya jadi lebih paham, ternyata knalpot bronk bukan hanya soal suara bising, tapi juga bisa merugikan orang lain. Saya setuju kalau sekolah tegas soal ini,” ujar salah satu siswa kelas 9.
Guru-guru yang hadir juga mengapresiasi penyampaian materi oleh Bapak Ihwan. Menurut mereka, pesan yang disampaikan jelas, lugas, namun tetap memberikan motivasi kepada siswa untuk berubah ke arah yang lebih baik.
Peran Guru dan Orang Tua
Kegiatan ini tidak hanya berhenti pada sosialisasi, tetapi juga menjadi momentum memperkuat sinergi antara sekolah, guru, dan orang tua. Kepala sekolah, melalui pesan tertulisnya, menegaskan bahwa pendidikan anak memerlukan kolaborasi semua pihak.
“Sekolah berusaha mendidik di lingkungan pendidikan formal. Namun, pengawasan di rumah tetap menjadi tanggung jawab orang tua. Aturan jam malam, larangan motor, dan pembiasaan sholat dhuha hanya bisa berhasil jika ada kerja sama antara guru dan orang tua,” tegas Bapak Ngizudin.
Dampak Positif Kegiatan
Dengan adanya kegiatan ini, siswa diharapkan:
-
Terbiasa menjalankan Sholat Dhuha sebagai wujud syukur dan pembinaan karakter religius.
-
Memahami bahaya penggunaan motor berknalpot bronk serta sadar pentingnya ketertiban berlalu lintas.
-
Menyadari bahwa aturan jam malam dibuat demi keselamatan dan kebaikan mereka sendiri.
-
Menjadi pribadi yang disiplin, bertanggung jawab, dan siap menjadi pelajar berprestasi.
Guru Bimbingan Konseling SMPN 270 juga menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini sangat efektif. Menurutnya, penyampaian aturan yang dipadukan dengan kegiatan spiritual membuat pesan lebih menyentuh hati siswa.
Penutup: Membangun Generasi Berkarakter
Kegiatan Sholat Dhuha dan sosialisasi kedisiplinan di SMPN 270 Jakarta menjadi contoh nyata bagaimana sekolah berupaya mendidik siswa secara holistik: tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berakhlak mulia dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
Acara ditutup dengan doa bersama, dipimpin kembali oleh Bapak Muktarom, S.Ag, memohon agar seluruh siswa SMPN 270 diberi kekuatan dalam belajar, terhindar dari pergaulan buruk, serta menjadi generasi yang membanggakan orang tua, guru, dan bangsa.
Dengan langkah kecil seperti ini, SMPN 270 Jakarta berharap dapat melahirkan siswa-siswa yang religius, disiplin, dan berprestasi, sekaligus memberi kontribusi positif bagi lingkungan dan masyarakat.