Upacara Hari Kesaktian Pancasila di SMPN 270 Jakarta

Upacara Hari Kesaktian Pancasila di SMPN 270 Jakarta

Awal Suasana Pagi di Sekolah

Hari Rabu, 1 Oktober 2025, suasana di SMP Negeri 270 Jakarta terasa lebih khidmat dari biasanya. Sejak pukul 06.30 WIB, para siswa sudah berdatangan dengan mengenakan seragam putih biru yang rapi. Mereka diarahkan untuk segera berbaris di lapangan upacara. Sementara itu, para guru, staf tata usaha, dan jajaran pimpinan sekolah berdiri di sisi lapangan, bersiap mengikuti rangkaian kegiatan.

Di tengah lapangan, tiang bendera berdiri kokoh dengan Sang Merah Putih yang telah berkibar setengah tiang sejak pagi hari. Tidak seperti upacara hari Senin atau peringatan hari besar lainnya, pada Hari Kesaktian Pancasila bendera tidak dikibarkan, melainkan dipasang setengah tiang sebagai bentuk duka cita dan penghormatan atas gugurnya para pahlawan revolusi. Suasana hening menyelimuti, memberikan kesan sakral pada peringatan tahun ini.

Dimulainya Upacara

Tepat pukul 06.30 WIB, suara lantang komandan upacara menggema, memberi aba-aba kepada seluruh peserta untuk memulai jalannya upacara. Barisan siswa tampak rapi dan disiplin. Petugas upacara berasal dari OSIS, khususnya tim Paskibra SMPN 270 Jakarta, yang telah berlatih keras selama beberapa hari sebelumnya.

Bertindak sebagai pembina upacara adalah Kepala SMPN 270 Jakarta, Bapak Ngizudin Syakdullah, M.Pd. Dengan pakaian Korpri lengkap, beliau melangkah tegap menuju mimbar pembina upacara.

Rangkaian acara dimulai dengan penghormatan kepada pembina upacara, dilanjutkan dengan laporan komandan upacara. Setelah itu, Meski tanpa prosesi pengibaran, semua siswa berdiri tegap sambil menatap ke arah tiang bendera setengah tiang. Suasana khidmat begitu terasa, seolah setiap orang di lapangan menyadari betapa pentingnya makna peringatan hari tersebut.

Amanat Pembina Upacara

Usai menyanyikan Indonesia Raya, tibalah saat yang paling ditunggu: amanat pembina upacara. Dengan suara tenang namun tegas, Bapak Ngizudin menyampaikan pesan penting kepada seluruh warga sekolah.

Dalam pembukaannya, beliau mengingatkan bahwa peringatan Hari Kesaktian Pancasila bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan momen refleksi bangsa. Beliau menekankan:

“Hari Kesaktian Pancasila adalah momentum untuk mengingat kembali sejarah kelam bangsa, ketika ada upaya menggantikan Pancasila dengan ideologi lain. Namun, berkat semangat persatuan dan tekad yang kuat, bangsa Indonesia tetap teguh berdiri dengan Pancasila sebagai dasar negara. Inilah yang harus kita syukuri sekaligus kita jaga bersama.”

Pembacaan Ikrar Hari Kesaktian Pancasila

Setelah sambutan, beliau kemudian membacakan Ikrar Hari Kesaktian Pancasila. Seluruh peserta mendengarkan dengan seksama, dalam suasana hening penuh hormat. Berikut ikrar yang beliau bacakan:


IKRAR HARI KESAKTIAN PANCASILA

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami yang melakukan upacara ini menyadari sepenuhnya:

bahwa sejak diproklamasikan Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya telah banyak terjadi rongrongan baik dari dalam negeri maupun luar negeri terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia;

bahwa rongrongan tersebut dimungkinkan oleh karena kelengahan, kekurangwaspadaan Bangsa Indonesia terhadap kegiatan yang berupaya untuk menumbangkan Pancasila sebagai Ideologi Negara;

bahwa dengan semangat kebersamaan yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur ideologi Pancasila, Bangsa Indonesia tetap dapat memperkokoh tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia;

maka di hadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam memperingati Hari Kesaktian Pancasila, kami membulatkan tekad untuk tetap mempertahankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai sumber kekuatan menggalang kebersamaan untuk memperjuangkan, menegakkan kebenaran dan keadilan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Ikrar tersebut diucapkan dengan penuh wibawa oleh pembina upacara. Seluruh siswa dan guru meresapi makna kalimat demi kalimat, seolah menyadari bahwa perjuangan mempertahankan Pancasila bukanlah hal yang mudah dan masih menjadi tanggung jawab hingga hari ini.

Doa Bersama

Setelah pembacaan ikrar, acara dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh salah seorang siswa. Doa dipanjatkan dengan penuh khidmat, memohon perlindungan Tuhan Yang Maha Esa agar bangsa Indonesia senantiasa dalam persatuan dan terhindar dari segala bentuk perpecahan. Semua peserta menundukkan kepala, larut dalam suasana khusyuk.

Pesan Penting dari Kepala Sekolah

Dalam penutup amanatnya, Bapak Ngizudin menegaskan kembali kepada siswa tentang pentingnya mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di masyarakat. Beliau menekankan:

“Anak-anakku, Pancasila bukan hanya untuk dihafal. Kalian harus menghidupkan nilai-nilainya. Hormati guru, hargai teman, berbuat adil, saling membantu, dan terus menjunjung persatuan. Itulah cara kita menjaga warisan terbesar bangsa ini.”

Kata-kata tersebut disambut dengan tepuk tangan para guru dan siswa. Semangat kebersamaan begitu terasa.

Akhir Upacara

Upacara ditutup dengan laporan komandan upacara kepada pembina, lalu seluruh peserta menyanyikan lagu “Garuda Pancasila” dengan penuh semangat. Barisan siswa dibubarkan dengan tertib, namun wajah mereka masih menyimpan kesan mendalam.

Kesan Guru dan Siswa

Setelah acara selesai, banyak guru dan siswa menyampaikan kesan positif.

  • Bpk Ihwan, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan guru IPS, menuturkan:

    “Upacara ini sangat bermakna. Bendera setengah tiang memberi kesan mendalam bagi kita semua, sebagai pengingat sejarah bangsa. Saya bangga melihat anak-anak begitu disiplin.”

  • Sementara itu, salah satu siswa kelas IX yang bertugas sebagai komandan upacara, merasa terhormat bisa memimpin jalannya acara.

    “Awalnya saya nervous, tapi saya ingat ini untuk Hari Kesaktian Pancasila. Saya harus tampil maksimal. Alhamdulillah semua berjalan lancar.”

Makna Bendera Setengah Tiang

Khusus tahun ini, kesan mendalam sangat terasa karena Sang Merah Putih sejak awal sudah berkibar setengah tiang. Hal ini menjadi simbol bahwa bangsa Indonesia tidak boleh melupakan sejarah kelam, terutama tragedi G30S/PKI. Namun di balik duka itu, semangat persatuan tetap berkobar.

Bagi siswa SMPN 270, hal ini juga menjadi pelajaran berharga. Mereka belajar bahwa simbol bendera setengah tiang bukan hanya tanda duka, tetapi juga sarana edukasi untuk memahami arti sejarah, nasionalisme, dan pengorbanan para pahlawan.

Penutup

Upacara Hari Kesaktian Pancasila di SMPN 270 Jakarta tahun 2025 berlangsung dengan lancar, tertib, dan penuh makna. Meski tanpa prosesi pengibaran bendera, kehadiran Sang Merah Putih setengah tiang justru memberikan suasana khidmat yang mendalam.

Lebih dari sekadar seremonial, kegiatan ini menjadi momentum refleksi bagi seluruh warga sekolah bahwa Pancasila harus terus dijaga, diamalkan, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan semangat persatuan dan gotong royong, SMPN 270 Jakarta berharap mampu mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter Pancasila.