Menuntut Ilmu Adalah Wajib atas Setiap Muslim dan Muslimah

Thalabul ‘Ilmi Faridhotun ‘Ala Kulli Muslimin wal Muslimat

(Menuntut Ilmu Adalah Wajib atas Setiap Muslim dan Muslimah)


Pada hari Jumat yang cerah dan penuh keberkahan, seluruh warga sekolah SMPN 270 Jakarta kembali melaksanakan ibadah Sholat Jumat berjamaah di Masjid Jami’ Darul Ulum, sebuah masjid sekolah yang menjadi pusat aktivitas keagamaan dan pembinaan karakter islami bagi para peserta didik. Seperti biasa, sejak pukul 11.30 WIB para siswa, guru, serta pegawai tata usaha mulai berdatangan, memenuhi area serambi masjid dengan tertib. Suasana tampak khusyuk sekaligus hangat, menandakan kuatnya budaya religius yang telah terbangun selama bertahun-tahun di lingkungan sekolah tersebut.

Pada Jumat kali ini, khotbah mengangkat tema penting dan sangat relevan bagi dunia pendidikan, yaitu “Thalabul ‘ilmi faridhotun ‘ala kulli muslimin wal muslimat” yang berarti “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah.” Tema besar ini diambil dari hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, dan menjadi pengingat mendalam tentang kedudukan ilmu yang begitu tinggi dalam ajaran Islam.

Awal Kegiatan: Persiapan dan Pelaksanaan Sholat Jumat


Sekitar pukul 11.45 WIB, muadzin mengumandangkan adzan pertama yang menggema di seluruh area sekolah. Suara adzan yang merdu mengajak seluruh jamaah untuk segera mengatur barisan dan mempersiapkan diri menyambut ibadah. Para petugas Jumat dari unsur siswa OSIS dan Rohis tampak sigap mengatur shaf serta memastikan kebersihan dan ketertiban masjid. Guru-guru pembina juga berada di sisi luar shaf siswa, menata barisan sembari membimbing adab memasuki masjid.

Ketika adzan kedua dikumandangkan pada pukul 12.05 WIB, masjid telah penuh terisi. Shaf demi shaf tersusun rapi, mencerminkan kedisiplinan dan semangat para siswa dalam menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim. Khatib sekaligus imam Jumat kali ini adalah Ustadz Syahroni yang berasal dari lingkungan sekitar sekolah dan telah dikenal luas karena penyampaiannya yang lembut, menyentuh, serta relevan dengan kehidupan pelajar.

Setelah membuka dengan bacaan hamdalah, shalawat, dan wasiat takwa, khotib memulai inti khotbah pertama dengan mengajak jamaah untuk merenungkan kembali makna menuntut ilmu dalam perspektif Islam.


Isi Khotbah: Menuntut Ilmu Sebagai Kewajiban Agung

Dalam khotbahnya, khotib menegaskan bahwa Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Bahkan ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca: “Iqra’ bismi rabbika allathee khalaq”. Ini menunjukkan bahwa pengembangan ilmu merupakan fondasi utama dalam ajaran Islam.

1. Menuntut Ilmu sebagai Kewajiban Setiap Muslim dan Muslimah

Khatib menjelaskan bahwa hadits “Thalabul ‘ilmi faridhotun ‘ala kulli muslimin wal muslimat” menjadi landasan bahwa menuntut ilmu bukanlah sekadar anjuran, melainkan kewajiban. Kewajiban ini berlaku bagi setiap laki-laki dan perempuan. Islam tidak membatasi kesempatan menuntut ilmu berdasarkan jenis kelamin, status sosial, maupun usia. Bahkan seorang anak kecil sekalipun diperintahkan untuk belajar dan terus menuntut ilmu hingga akhir hayat.

Khatib menekankan bahwa kewajiban ini mencakup ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Ilmu agama sebagai petunjuk hidup menuju keselamatan, sementara ilmu umum sebagai bekal menjalani kehidupan sosial dan membangun peradaban. Keduanya saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan.

Dalam konteks sekolah, para siswa SMPN 270 Jakarta memiliki kesempatan emas untuk mengamalkan hadits tersebut. Dengan fasilitas pendidikan yang memadai, tenaga pendidik yang kompeten, serta lingkungan yang religius, mereka seharusnya mampu belajar dengan sungguh-sungguh dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

2. Ilmu sebagai Cahaya dan Jalan Menuju Kebaikan

Khatib kemudian mengibaratkan ilmu sebagai cahaya yang menerangi kehidupan. Tanpa ilmu, seseorang mudah tersesat dan sulit membedakan mana yang baik dan buruk. Cahaya ilmu akan membimbing seorang muslim untuk bersikap jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.

Para siswa diingatkan agar menjadikan ilmu sebagai bekal utama dalam meraih masa depan. Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, hanya mereka yang berilmu yang mampu bersaing dan memberikan kontribusi bagi masyarakat, bangsa, dan agama. Para jamaah yang hadir, khususnya siswa, tampak mendengarkan penjelasan tersebut dengan penuh perhatian. Banyak di antara mereka yang mencatat poin-poin penting dari khotbah, terutama siswa Rohis yang terbiasa menjadi penggerak kegiatan keagamaan di sekolah.

3. Adab dalam Menuntut Ilmu

Pada bagian lain khotbah, khotib menegaskan bahwa menuntut ilmu tidak hanya tentang kemampuan menghafal atau meraih nilai tinggi, tetapi juga memerlukan adab yang baik. Beliau mengutip nasihat ulama: “Al-ilmu bila adab ka an-nar bila har.” Ilmu tanpa adab ibarat api tanpa cahaya—ia membakar tetapi tidak menerangi.

Khatib menekankan beberapa adab penting yang harus dimiliki pelajar:

  1. Niat yang ikhlas, bahwa ilmu dicari karena Allah, bukan semata mengejar pujian.

  2. Menghormati guru, karena guru adalah perantara sampainya ilmu.

  3. Menghargai waktu, terutama waktu belajar di kelas.

  4. Menjaga akhlak, termasuk berlaku sopan, jujur, dan tidak menyontek.

  5. Mengamalkan ilmu, karena ilmu tanpa amal hanya menjadi beban.

Beliau menyampaikan bahwa adab-adab ini adalah kunci keberkahan ilmu. Banyak ulama besar lebih mendahulukan belajar adab sebelum belajar ilmu, sebab adab menjadi dasar utama untuk membentuk karakter kepribadian yang luhur.

4. Tantangan Menuntut Ilmu di Era Digital

Pada bagian selanjutnya, khotib membahas kondisi zaman modern yang penuh dengan kemudahan sekaligus tantangan. Teknologi digital memungkinkan pelajar mengakses berbagai sumber ilmu dengan cepat, namun juga membuka peluang terjadinya penyalahgunaan gadget, seperti bermain game berlebihan, kecanduan media sosial, dan konsumsi konten yang tidak bermanfaat.

Khatib menasihati para siswa agar bijak menggunakan teknologi. Gadget seharusnya digunakan untuk memperluas wawasan, bukan menghabiskan waktu. Khatib menegaskan bahwa siswa yang pandai mengelola waktunya adalah mereka yang akan menjadi pemimpin di masa depan.

Beliau juga mengajak para orang tua dan guru untuk terus membimbing siswa agar dapat memanfaatkan teknologi dengan cara yang tepat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan juga memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai agama melalui keteladanan dan pembinaan karakter.

5. Motivasi untuk Belajar dan Berprestasi

Dalam bagian akhir khotbah pertama, khotib memberikan motivasi agar siswa SMPN 270 Jakarta terus berprestasi di berbagai bidang. Beliau menyampaikan bahwa menuntut ilmu tidak boleh disertai rasa malas, putus asa, atau rendah diri. Allah telah menjanjikan derajat yang tinggi bagi orang yang berilmu.

Beliau mengutip ayat “Yarfa’illahu alladzina amanu minkum walladzina utu al-‘ilma darajat.” (Allah meninggikan derajat orang-orang beriman dan orang-orang berilmu beberapa derajat). Ayat ini menjadi dorongan spiritual agar siswa selalu bersungguh-sungguh dalam belajar dan berusaha menjadi insan yang bermanfaat.


Khotbah Kedua: Penguatan Pesan dan Doa

Pada khotbah kedua, khotib menguatkan kembali pesan utama tentang kewajiban menuntut ilmu. Beliau mengajak seluruh jamaah untuk bersyukur karena diberi kesempatan menempuh pendidikan. Banyak anak di luar sana yang belum mampu bersekolah karena keterbatasan ekonomi atau kondisi sosial tertentu.

Beliau mengajak jamaah, khususnya para pelajar, untuk menghargai kesempatan yang telah diberikan orang tua dan sekolah. Rasa syukur tersebut harus diwujudkan dengan belajar sungguh-sungguh, menjaga perilaku, mematuhi tata tertib sekolah, dan memuliakan para guru.

Khatib juga berpesan agar para siswa memperbaiki ibadah, terutama menjaga shalat lima waktu, membaca Al-Qur’an, serta memperbanyak doa agar diberikan kemudahan dalam belajar.

Khotbah ditutup dengan doa yang khusyuk: memohon agar Allah mengokohkan keimanan dan ilmu, memberikan keberkahan kepada keluarga, sekolah, dan seluruh peserta didik SMPN 270 Jakarta. Doa juga dipanjatkan agar para siswa dimudahkan dalam belajar, dijauhkan dari fitnah zaman, dan diberi masa depan yang gemilang.


Penutup: Dampak Positif Kegiatan Jumat di SMPN 270 Jakarta

Setelah khotbah selesai, imam memimpin Sholat Jumat dengan tertib dan khusyuk. Para jamaah mengikuti gerakan shalat dengan penuh kekhidmatan, menunjukkan keseriusan dalam menjalankan ibadah.

Usai salam, para siswa saling bersalaman dengan penuh hormat kepada guru-guru yang berada di masjid. Kebiasaan ini menjadi bagian dari pembinaan karakter religius yang sudah lama diterapkan di SMPN 270 Jakarta. Guru dan siswa terlihat berinteraksi hangat, mencerminkan hubungan yang baik dan penuh kasih sayang.

Kegiatan Sholat Jumat rutin ini memberikan dampak besar terhadap perkembangan spiritual dan kepribadian siswa. Selain menjadi sarana menunaikan ibadah, Sholat Jumat juga menjadi ruang edukasi di mana para siswa mendapat pembinaan langsung melalui khotbah yang informatif, mendidik, dan membangun karakter.

Masjid Jami’ Darul Ulum telah menjadi pusat kegiatan rohani sekolah yang tidak hanya memfasilitasi ibadah, tetapi juga menumbuhkan budaya literasi keilmuan. Tema khotbah hari ini menjadi momentum berharga untuk mengingatkan seluruh warga sekolah bahwa ilmu adalah jalan menuju kemuliaan, dan menuntut ilmu adalah ibadah yang memiliki kedudukan sangat tinggi dalam Islam.

Dengan khotbah bertema “Thalabul ‘ilmi faridhotun ‘ala kulli muslimin wal muslimat”, diharapkan seluruh siswa SMPN 270 Jakarta semakin termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh, berakhlak mulia, menghormati guru, mematuhi tata tertib, serta mengamalkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah berkomitmen untuk terus menghadirkan kegiatan keagamaan yang inspiratif sebagai bagian dari misi pembentukan karakter pelajar yang beriman, cerdas, dan berakhlak mulia.